DUNIA KEPASTIAN
Kehidupan selalu menarik untuk direnungkan kembali. Seorang ilmuwan mengamati gejala dalam dunia. Gejala yang berulang, dalam ruang dan dalam waktu. Ia membuat representasi kenyataan akan dunia, membentukkannya ke dalam sains. Sains, menjadi bentuk dari dunia yang ditemukan polanya. Ia menjadi hukum yang berlaku pada kenyataan dunia. Hukum di mana ilmuwan membuat klaim akan kepastian. Bahwa dunia stabil dalam pola. Tetap dalam bentuknya.
Dalam bentuk dunia seperti itu, bentuk sains, keindahan juga melekat sebagai sesuatu yang terberi. Keindahan bentuk sains bagi mereka yang mencoba merenungkan kembali. Kita bisa melihat lapisan lapisan yang nampak, atau mengimajinasikan lapisan lapisan terjauh, di mana kita telah kehilangan kontrol indera atasnya. Alat bantu, yang adalah hasil sains, menautkan imajinasi kita akan dunia yang tak terindra itu.
Dunia nampak indah – dunia yang berputar seolah mesin raksasa yang berputar.
Seseorang bisa tampil dengan imajinasi: memberantakkan pola yang melekat dalam dunia sebagai hukum, ke dalam kehendak pencampuran, atau pembalikan hukum. Apa jadinya kalau hukum bumi mengitari matahari diputar, ke dalam bumi mengitari galaksi bima sakti? Atau dunia yang mengitari berjuta juta galaksi. Waktu setahun berantakan, terentang tak terhingga. Semua berubah, dengan tingkat kemungkinannya yang tak terduga. Apa jadinya kalau semua itu bisa diangkut sains ke dalam laboratorium, dan kita melihat tahapan tahapannya dalam laboratorium, di mana semua unsur unsur yang dibalik bekerja. Keindahan sains kini ada dalam pandangan mata.
Tapi imajinasi seperti ini, mengalami tingkat kesukaran ganda. Pertama, apakah tenaga yang menggerakkan sehingga bumi berputar? Jelas dia adalah bagian dari hukum yang melekat dalam alam – bumi – sebagai sesuatu yang terberi. Tapi bagaimana menangkapnya? Membuatnya terperangkap ke dalam kanal, sehingga bisa diolah untuk kemungkinan lain – semisal menggerakkan bumi mengitari bima sakti, atau seluruh galaksi. Bukan semata mengitari matahari.
Kesukaran kedua, mungkinkah tenaga yang menggerakkan bumi bisa ditangkap atau ditatap? Diangkut ke dalam lab, sebagai sesuatu, untuk diberi fungsi lain? Kita bisa menyaksikan sinar matahari yang merambat ke bumi. Merasakan getar panasnya. Gabriel bahkan telah membuatnya, atau membentuknya, ke dalam fiksi. Sebuah kemungkinan dari panas matahari yang dipantulkan melalui kaca, telah membuat sang pemimpi gila terbakar hampir seluruh tubuhnya.
Itulah adegan awal dari novel seratus tahun kesunyian. Di mana hukum dunia dicoba dimainkan ke dalam fiksi. Tapi tenaga bumi? Sebuah energi yang tak nampak tapi telah dengan pasti membuat bumi kita berputar, adakah sains yang diangankan mengandung kepastian, bisa menangkapnya? Adakah kepastian sebagai sesuatu yang telah tertangkap itu, sekali lagi, bisa kita tatap tahapan tahapannya di dalam laboratorium. sebagai keindahan sains, yang bisa dikenali orang awan di dalam laboratorium.
Bahwa itu belum terjadi, atau mungkin tidak akan terjadi, adalah beban yang disandang oleh manusia, kaum ilmuwan yang mendeklarasikan sains, sebagai dunia kepastian. Sebagai bentuk kerja mental manusia yang menguakkan misteri dunia, sehingga dunia tak bermisteri lagi. Dunia yang kehilangan misteri lagi, oleh sebagian ilmuwan, telah membuat mereka menggeser pandangan tentang tuhan, yang melekatkan kuasanya kepada hukum pada dunia.
Atau hendak kita katakan: kepastian itu berbeda pada dua dunia: dunia alam fisik dan dunia alam mahluk hidup? nyaris tak terbayangkan menggeser hukum tuhan tentang bumi yang mengitari matahari, ke dalam sebuah pergerakan bumi mengitari galaksi bimasakti, atau berjuta juta galaksi. Sementara di dalam dunia mahluk hidup, sains telah melakukan pembalikkan atas hukum alam, seperti yang kita saksikan dalam novel lanang. Atau hukum pada alam fisik pun sesuatu yang mungkin diubah?
Kalau demikian halnya, maka hanya soal waktu belaka akan tampilnya seorang dewi lain? - dewi di bidang seni novel antariksa? Di mana tatanan astronomi menjadi kacau, sebagaimana tatanan genetika manusia menjadi kacau?
Novel Supernova, belum mencapai taraf imajinasi fsti esai ini. Baru merangkak pada ketakjuban akan dunia yang dilihat oleh tokoh tokohnya.
Semacam proses kanibal dalam mesin. sebuah piranti dicopot, untuk digabung ke dalam tubuh induk. Hasilnya bukan pola induk lagi. Tapi pola induk yang sudah bercampur dengan kemungkinan fungsi yang berdampak lain.
inilah yang terjadi dan memenuhi sekujur tubuh novel lanang. Di sana, sains diangkut ke dalam fiksi – ke dalam seni novel. Hasilnya adalah burung babi hutan di awal novel, ragam mahluk transgenik sebagai hasil biotek di ujung novel. Oleh sang novelis yang kehadirannya menakjubkan itu, seperti yang ditulis oleh prof. bambang sugiharto. Sayang, statemen bambang ini tak kita lihat elaborasinya. Pernyataan yang membuatnya setali tiga uang dengan prof. sapardi, yang pernah berkata bahwa sebuah novel belum pernah dicoba komposisinya di negeri ini, bahkan di dunia lain pun. Tapi hingga saat ini kita tidak pernah mendapatkan argument pendukungnya.
Rekayasa genetika, sebagai bentuk sains mutakhir terhadap gejala mahluk hidup, sangat mungkin menerobos imajinasi, mendarat ke dalam bentuk nyatanya. jonathan telah mengantarkan sains itu ke dalam sastra. Ke dalam bentuk seni novel. Tapi, dapatkah sastra indonesia berkata, bahwa ia telah memiliki seni yang mengangkut sains ke dalam tubuhnya?
Di awal telah ditegaskan, bahwa keindahan datang dari pola alam yang terberi, yang melompat ke dalam bentuk barunya, yakni keindahan sains tentang alam fisik yang bisa kita tatap tahapan tahapannya di dalam kerja laboratorium, maka pertanyaan yang sama bisa kita ajukan kepada bentuk sains yang lain. Yakni sains tentang tentang genetika mahluk dalam novel lanang. Adakah keindahan kita temukan juga di sini? Apakah keindahan yang kita temukan itu telah indah pula dalam bentuknya yang lain, yakni bentuk sastra. Dengan lain perkataan, berhasilkah jonathan membentuk sains ke dalam novelnya? berhasilkah penulis gila dan amat istimewa ini mewujudkan proyek ambisiusnya tentang manusia?.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar